Senin, 12 November 2012

DASAR JURNALISTIK FOTO


Dasar kelahiran pertumbuhan jurnalistik foto, menurut Soelarko ditentukan oleh tiga faktor:
1. Rasa ingin tahu manusia, yang merupakan naluri dasar, yang menjadi wahana kemajuan.
2. Pertumbuhan media massa sebagai media audio visual, yang memuat tulisan (atau uraian mulut) dan gambar (termasuk gambar yang hidup).
3. Kemajuan teknologi, yang memungkinkan terciptanya kemajuan fotografi dengan pesat (termasuk perfilm-an dan video untuk pemberitaan)
Dalam dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan yang vital. Sebab foto merupakan salah satu daya pemikat bagi para pembacanya. Selain itu, foto merupakan pelengkap dari berita tulis. Penggabungan keduanya, kata-kata dan gambar, selain menjadi lebih teliti dan sesuai dengan kenyataan dari sebuah peristiwa, juga seolah mengikutsertakan pembaca sebagai saksi dari peristiwa tersebut.
Kelebihan dari sebuah foto sebagai medium komunikasi visual menjadikan lebih mudah dipahami dari pada tulisan yang membutuhkan tenaga dan pikiran.
Oscar Motuloh, fotografer dan supervisor biro foto Antara
“… Seorang jurnalis foto tidak sekedar menampilkan kekerasan dan darah tetapi juga merekam peristiwa-peristiwa di sekitar kita yang menarik untuk diabadikan, foto jurnalistik dan foto dokumentasi mempunyai dasar yang sama, keduanya berdasarkan realitas kehidupan. Keduanya hanya dibatasi oleh suatu garis yang tipis yaitu dipublikasikan atau tidak. Foto jurnalistik dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu spot dan feature. Foto spot lebih bersifat berita, sedangkan foto feature memberi informasi yang tidak mudah basi, seperti essay foto yang banyak terdapat di majalah National Geographic dan keduanya berkembang pesat.”
Hendro Subroto, wartawan perang senior
“… foto jurnalistik harus bisa menceritakan kejadian sehingga tidak banyak komentar pun orang sudah tahu cerita fotonya foto itu dan yang terpenting dalam foto jurnalistik adalah moment”
DEFINISI
Jurnalistik berasal dari bahasa Belanda “Journalistich” atau dalam bahasa Inggris “Journalism” yang bersumber dari bahasa Perancis “Journal”, asal kata dari “Jour” yang berarti hari. Jadi journal berarti catatan harian.
Journalistich berarti pengetahuan tentang penyiaran catatan harian dengan segala aspeknya, meliputi : mencari, mengolah, sampai kepada menyebarluaskan catatan harian tersebut. Dan yang disebarluaskan itu adalah apa yang biasa kita sebut sebagai berita.
Menurut Prof. Mitchel V. Charnley :
“News is timely report a fact or opinion of either interest or important or both to a considerable number of people”
(Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang penting atau menarik minat, atau keduanya bagi sejumlah besar orang.)
Fungsi jurnalistik :
• menyiarkan informasi
• mendidik
• menghibur
• mempengaruhi
Ciri-ciri surat kabar dan majalah :
• Universalitas
• Aktualitas
• Periodisitas
• Publisitas
Fotografi oleh pers disebut jurnalistik foto (Journalism Photography), dan foto-foto yang dihasilkan untuk Pemberitaan disebut foto berita (press foto atau news foto).

[tulisan ini ada dalam buku “DUNIA DALAM BINGKAI” Penerbit Graha Ilmu]
»»  Read More...

Rabu, 27 Juni 2012

Tips Memegang Kamera DSLR yang Benar

Bergantinya kamera SLR ke DSLR mempengaruhi peminat kamera dari semua kalangan, karena teknologinya semakin canggih, penggunaanyanya yang serba otomatis dan dapat digunakan oleh siapa saja bahkan oleh orang yang tidak pernah memegang kamera sekali pun kini mereka layaknya profesional.
untuk membedakan mana fotografer pemula  dan fotografer profesional di jaman sekarang ini memang agak sulit, karena selain kamera sekarang memiliki aksesoris anti goyang seperti IS (Image Stabilizer) pada lensa Canon juga diperlengakap dengan software yang mendukung untuk perbaikan hasil foto agar terlihat bagus.
Walaupun kamera sekarang memiliki fitur-fitur yang canggih namun itu semua tidaklah cukup, karena yang paling utama dari semua itu adalah bagaimana Sobat memegang kamera dengan benar agar tidak cepat lelah (karena bobot kamera yang lumayan berat) juga hasil gambar akan lebih tajam. Jika Sobat pemula, tidak ada salahnya mengikuti tips cara memegang kamera yang baik dan benar.
Pastikan strap (gantungan) kamera tergantung dileher, ini untuk meminimalisir jika kamera lepas agar tidak jatuh.

1. Sikut Menekan Tubuh




Tangan kiri memegang kamera ,sambil jari-jari memegang grip zoom lensa. Tangan kanan memegang bagian shutter kamera, disini tangan kanan berfungsi untuk mengatur setting kamera. Kedua siku menekan tubuh, posisi ini berfungsi agar kamera tidak banyak goyang,karena ada tumpuan di badan Sobat. Pastikan memegang kamera agar mudah memandu mata pada obyek yang akan di ambil.

2. Membuat Tumpuan Lengan Kiri



Tangan kanan memegang kamera, jari telunjuk tangan kanan disiapkan untuk shutter, sedankan jari lainnya memegang dengan kuat body kamera, posisi tangan kiri horizontal dipakai untuk tumpuan lensa kamera, ini berfungsi agar kamera tidak mudah goyang. Biasanya teknik ini dipakai jika Sobat akan menggunakan speed lambat seperti memotret landscape.

3. Tumpuan Kedua Sikut

Tangan kiri memegang lensa dan jari-jari pada ulir lensa, tangan kanan memegang shutter dan untuk setting kamera. Jika Sobat lihat gambar disebelah kanan,ini slah satu teknik memegang kamera yang kurang benar,dimana tumpuan kamera hanya pada tangan kiri saja,kesalahan ini sering sekali dilakukan bahkan oleh fotografer profesional,

4. Memasang Kuda-kuda


Bukan hanya dalam bela diri saja kita diwajibkan memasang kuda-kuda, namun dalam memotret pun hal ini wajib dilakukan agar bada Sobat lebih stabil dan tidak mudah goyang.

5. Gunakan Tumpuan Kaki Saat Memotret Pada Posisi Rendah Atau Jongkok




Harus diingat, dalam posisi ini kaki Sobat harus menjadi tumpuan tangan agar kamera tidak mudah goyang, dan menghasilkan gambar yang tajam.

6. Gunakan Benda Di Sekitar Untuk Menambah Kestabilan




Jika Sobat sedang memotret outdoor misalnya, Sobat bisa menggunakan berbagai benda yang ada disekitar Sobat untuk menjadi tumpuan, misalnya ; dinding, mobil, pohon, tiang listrik, dsb.

7. Memegang Kamera Pada Posisi Tiarap

Untuk menambah esensial dan nilai seni ketika memotret, terkadang Sobat memerlukan angel lain seperti melakukan tiarap (angel katak), Sebagai tumpuan ketikan tiarap adalah dengan menggunakan sikut agar kamera lebih stabil, jangan mengandalkan tumpuan badan karena terkadang bada bisa gemetar jika terlalu lama.
Itulah beberapa tips memegang kamera yang benar, semoga saja bermanfaat.

sumber: http://antslearning.wordpress.com
»»  Read More...

Kamis, 14 Juni 2012

10 Hal Yang Bisa Memperbaiki Foto Anda


         Pecinta fotografi memiliki kecenderungan menghabiskan waktu mendebatkan hal-hal yang memiliki kontribusi kecil dalam memperbaiki kualitas foto, misal: mendebatkan merk Canon vs Nikon, berjam-jam nongkrong di forum-forum fotografi online, sibuk memikirkan untuk ganti lensa yang lebih mahal. Disini kami kumpulkan 10 hal yang kalau anda lakukan bisa langsung memperbaiki foto-foto anda, gratis! tanpa biaya. Oke:


1. Pelajari Semua Fungsi Kamera DSLR Yang Ada Ditangan.
Bukan hanya sekedar aperture, shutter speed dan fokus, maksud saya SEMUANYA. Pernah mencoba memanfaatkan kemampuan DSLR anda dalam membuat foto time-lapse? Bagimana dengan mirror lock-up? AEL? Kenali sebanyak-banyaknya fungsi dan fitur yang tersedia dikamera anda. Iseng-isenglah memencet-mencet tombol kamera, kalau anda terbentur hal yang belum anda mengerti, buka kembali buku manual. Dengan mengeksploarsi kamera sampai maksimal, kita bisa memacu kreativitas kita sekaligus memperluas perspektif kita dalam fotografi.


2. Tentukan Foto Idola Anda.
Pernahkah anda melihat sebuah foto dan langsung “jatuh cinta” dengan foto tersebut? kalau belum segera tentukan foto yang menjadi idola anda! (Sekedar inspirasi, coba buka 500px.com dan pilih foto mana yang membuat anda langsung kesengsem) Sudah ketemu? Oke sekarang lihat lagi foto idola tadi dan pikirkan kenapa anda bisa jatuh cinta padanya. Apakah karena komposisinya? ataukah karena ceritanya? ekspresinya? ataukah karena cahayanya? Apakah foto tersebut foto landcape? atau portrait ataukah foto jalanan? Dengan begitu kita bisa menyadari, “Oh, seleraku tuh yang begini nih.” Dan selera = taste = minat, kita bisa berangkat dari situ untuk mengejar cita-cita, heheh…


3. Belajar Memilih & Memilah Foto.
Sudah berapa fotokah yang sudah anda hasilkan selama memiliki kamera? pernahkan mencoba memilih 25 foto terbaik (atau 50 kalau koleksi foto anda sudah mencapai 10 ribu keatas) dari kesemuanya? Kalau belum sebaiknya dimulai. Pilih 25 foto terbaik yang pernah anda hasilkan, cobalah pilih dengan serius.


4. Cetak Besar Foto Terbaik Anda Dan Biarkan Teman Yang Awam Fotografi Menilainya.
Kalau anda sudah menyelesaikan langkah nomor 3, cobalah cetak foto-foto tadi. Cetaklah dalam ukuran terbesar yang anda mampu, usahakan cetak di studio cetak yang lumayan bagus. Kemudian mintalah teman atau kerabat atau tetangga yang awam fotografi untuk menilainya, mintalah dia mengurutkan dari yang paling bagus sampai yang paling jelek dan tanyakan kenapa. Dengan menanyakan pada orang yang awam fotografi kita bisa mengetahui apa yang orang lain perhatikan dari foto-foto kita. Sebaik-baiknya seni, dalam bentuk apapun, adalah seni yang bisa diaperesiasi oleh orang awam sekalipun. Kita seringkali kehilangan perspektif, memotret demi mendapatkan perhatian dari fotografer lain.


5. Uji kelincahan Jari Anda.
Oke, coba ini. Bawa kamera dan masuklah dalam kamar yang gelap tanpa lampu. Cobalah anda mengubah-ubah settingan aperture, shutter, ISO, mode fokus, mode metering dll. Bisakah anda melakukannya dengan lancar tanpa menlihat tombol-tombol di kamera? Pianis hebat atau gitaris legendaris tahu persis dimana jari harus ditaruh untuk menghasilkan semua kombinasi nada. Kunci dari karya yang bagus adalah dengan melupakan teknologi (alat) yang menghasilkannya dan fokus pada cita rasa seninya. Kalau tombol dikamera kita masih menjadi penghalang, susah buat fokus pada cita rasa seni tadi. Pastikan masalah ini teratasi, kita tahu persis dimana harus mengubah setting nyaris secara spontan, baru kita bisa berfokus pada fotografi bukan mengingat-ingat tombol.



6. Cari Partner Dalam Fotografi.
Kalau Sherlock Holmes membutuhkan Dr. Watson dan Batman membutuhkan Robin (mungkin Superman nggak butuh, soalnya ya itu SUPER MAN), mungkin kita juga butuh partner. Memiliki sohib dalam fotografi adalah sebuah keuntungan yang luar biasa. Bisa bertukar pikiran, kadang saling pinjam alat dan berbagi informasi serta hunting bareng membuat banyak hal tercapai lebih cepat dibandingkan saat dikerjakan seorang diri. Komunitas foto bagus, namun kalau anda jenis orang yang tidak punya banyak waktu atau tidak bisa sering-sering meninggalkan rumah, carilah sohib foto dilingkungan RT, sodara dekat atau teman kantor saja sudah cukup.


7. Print Satu Foto Karya Anda Dalam Ukuran Besar, Frame Lalu Pasang Di-dinding.
Dengan begitu kita bisa termotivasi untuk membuat foto lain yang juga pantas dipasang didinding. Dengan begitu juga banyak yang akan memberi komentar dan saran untuk foto kita.




8. Pelajari Trik Olah Digital Baru.
Diakui atau tidak, foto digital yang bagus tak akan pernah lepas dari proses editing di photoshop maupun Lightroom. Mulai dari cropping, memperbaiki warna, meluruskan foto, mengilangkan kabel dari foto landscape, membuat foto panorama, foto HDR sampai white balance membutuhkan proses ini. Kita tidak perlu sampai menjadi ahli dalam Photoshop/Lightroom, namun mengetahui prinsip yang penting sangat diperlukan. Pada jaman film, fotografer tahu proses kamar gelap, kita juga perlu tahu proses photoshop atau software semacamnya untuk fine-tuning foto akhir kita.


9. Memotret Suasana Kota Di Malam Hari.
Memotret susana kota dimalam hari menguji kemampuan kita untuk memperbaiki diri. Kita akan dipaksa untuk berfokus pada cahaya, dipaksa berpikir tentang komposisi karena membutuhkan tripod, dan benar-benar memikirkan eksposure karena harus menggunakan ISO tinggi dan shutter speed yang lama. Jadi kalau selama ini anda belum pernah melakukannnya, lakukan segera!


10. Sering-seringlah Berbagi.
Berbagi pengetahuan membuat kita terpacu untuk menambah pengatahuan yang baru, dan membuat orang lain tidak segan membagi apa yang dia tahu kepada kita. Anda bisa saling berbagi informasi dengan teman fotografi anda. Anda juga bisa memulainya disini, cukup klik tombol Facebook Like dibawah judul atau diakhir artikel akan membuat informasi ini tersebar pada teman anda, atau sukai facebook page belajar fotografi.



[by: belajarfotografi.com]



»»  Read More...

Minggu, 20 Mei 2012

Tips Merawat Kamera


Setelah saya membahas tentang tips memotret menggunakan kamera DSLR sekarang saya ingin membahas tentang cara merawat kamera DSLR, perawatan kamera DSLR sangat diperlukan sekali karena apabila tidak dibersihkan kinerja kamera DSLR tersebut akan berkurang. Cara membersihkan  kamera yang akan kita bahas tidak hanya untuk kamera DSLR saya tetapi bisa untuk semua kamera.


Merawat Bodi Kamera
Pertama bersihkan bagian luar bodi kamera deng kain yang lembut, gunaan blower untuk menyingkirkan debu yang menempel di sudut – sudut. Pembersihan bagian dalam dimulai dengan menggunakn blower, lalu blower brush untuk kotoran yang membandel, me – lock up mirror ke atas jika ingin memblower bagian sensor. Tidak disarankan anda untuk membersihkan sendiri jika ada kotoran membandel di bagian sensor kamera karena sensor adalah bagan yang sangat sensitif.



Merawat Lensa
Jangan menyentuh bagian optis lensa dengan jari, pasang selalu filter pelindungnya atau gunakan lens hood. Pasang selalu tutup lensa jika tidak sedang digunakan untuk mengurangi resiko debu menempel. Jika ingin membersihkan lensa, gunaan blower terlebih dahulu, lalu lens brush, baru lens cloth jika ada bekas jari yang menempel.  Usap lensa secara lembut dan perlahan dengan lens cloth / lens paper kering dengan gerakan memutar dari dalam lensa menuju keluar. Jika dibutuhkan, cairan pembersih lensa/ lens cleaning fluid khusus dapat digunakan untuk membersihkan kotoran – kotoran lensa yang agak membandel. Jangan meneteskan langsung pada lensa, teteskan pada lens paper terlebih dahulu, lalu usap perlahan pada bagian lensa.



Merawat Batere
Jangan mencharge batere secara berlebihan, segera cabut jika sudah penuh. Lepas batere dari dalam kamera jika sedang tidak digunakan, usahakan agar hanya memakai batere original.  Jangan mencampur penggunaan batere ama dan baru, termaruk mempergunakan batere dengan merek yang berbeda – beda. Charge batere sebelum atau ssudah penyimpanan dalam jangka waktu lama. Dipakai atupun tidak dipakai batere akan mengalami proses pelemahan, agar tetap awet maka batere perlu diisi kembali.


Merawat Kartu Memori
Biasakan untuk menyimpan kartu memori di dalam casingnya agar terhindar dari debu, terpapar benda brmedan magnet dan memperpanjang umur kartu memori. Perlakukan benda – benda ini dengan hati – hati, bentuknya yangkecil membuat mereka mudah sekali rusak. Untuk melindunginya, simpan selalu pada casing nya masing – masing jika sedang tidak dipergunakan.


Penyimpanan Kamera
Jika meiliki dana lebih dapat dipertimbangkan untuk membeli drybox yang menggunakan alat pengatur kelembaban sebagai tempat penyimpanan kamera. Simpan ditempat kering dan jauhi bnda – benda bermagnet. Perawatan mutlak harus dilakukan secara rutin. Perawatan yang baik akan mempertahankan kondisi perlatan kita dengan baik akan memberikan kondisi masksimal pada kamera DSLR kita.

[sumber gambar google.com]









»»  Read More...

Komposisi Fotografi (Rule of Thirds)


Apakah komposisi dalam fotografi? Secara singkat, batasan komposisi adalah “Sebuah seni untuk menempatkan objek foto dalam bingkai.” Andaikan di sebuah ruang tamu, ada bermacam perabotan dan furniture dan pernak-pernik lain yang harus kita tata. Kita harus menyusun, dimana sova dan kursi diletakkan; di sudut mana sebaiknya rak buku diletakkan; dimana juga vas bunga kita letakkan, dimana televisi diletakkan, dan sebagainya. Apa tujuan semua itu? Supaya enak di pandang. Dan itulah pengandaian komposisi.


Begitu juga dalam fotografi, menempatkan objek foto adalah tantangan tersendiri. Secara awam, orang cenderung meletakkan objek di tengah bingkai. Memang tidak ada yang salah, hanya saja kurang bernilai seni, statis dan monoton. Salah satu komposisi foto, adalah :The rule of thirds (Aturan sepertiga). Biar lebih mudah diilustrasikan sebagai berikut : Andaikan sebuah bingkai foto berukuran empat persegi panjang. Bingkai tersebut dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Pembaginya adalah 2 garis horisontal dan 2 garis vertikal. Sehingga terjadilah titik perpotongan : A,B,C dan D. Pada titik perpotongan itulah objek utama (focus of interest) diletakkan. Dalam foto-foto di tulisan ini, focus of interest-nya adalah : Hewan, orang duduk/beraktivitas, matahari terbit dll.






Apakah kita ingin foto kita bernilai seni? Bila, ya! Mengikuti aturan komposisi adalah suatu keharusan. Supaya foto-foto kita tidak cuma bernilai “foto dokumentasi.”

Selamat mencoba,.......

»»  Read More...

Minggu, 29 April 2012

7 Aksesoris Penting Untuk Kamera SLR

Oke, jadi anda sekarang telah memiliki kamera SLR baru, menenteng-nenteng SLR kemanapun anda pergi dan memotret beragam obyek, dari wajah orang-orang disekitaran sampai bakso langganan. Kemudian meng-upload foto anda ke komunitas online lalu mendapat komentar dari sesama pe-hobi fotografi (baik komentar menyemangati maupun menjatuhkan).

Seiring dengan jam terbang yang meningkat, cepat atau lambat anda akan mulai berpikir untuk menambah pernak-pernik yang berhubungan dengan sistem SLR yang anda miliki. Namanya juga pernak – pernik, pilihan yang tersedia hampir tidak terbatas dan membuat kita mudah terseret dan kehilangan prioritas.

Jadi, sebenarnya aksesoris apa saja sih yang paling berguna (dan juga paling populer) bagi pemilik SLR? berikut saya pilihkan 7 jenis untuk anda:

Tas Kamera

Tersedia beragam jenis tas kamera di pasaran, tinggal pilih yang sesuai selera: dari backpack, ikat pinggang, sling-slide (menyamping) sampai yang mirip koper. Yang jelas tas kamera disini berfungsi agar kita bisa menyimpan kamera dan lensa yang kita miliki selama bepergian secara aman. Tidak jatuh, aman dari benturan dan aman dari air.

Kit Pembersih

Untuk menjaga kondisi eksterior lensa dan kamera agar selalu bersih, anda memerlukan lap mikrofiber dan cairan pembersih khusus. Terutama untuk lensa, sebisa mungkin anda melindungi lensa dengan filter UV, biasanya untuk lensa cukup gunakan blower. Kit pembersih bisa dibeli di toko-toko kamera. Saya tidak menyarankan anda membersihkan bagian interior kamera (apalagi sensor), serahkan saja pada ahlinya: biasanya toko kamera menyediakan layanan sensor cleaning. Toh kebanyakan SLR sekarang memiliki fasilitas self-cleaning yang cukup handal untuk menyapu debu dari sensor.

Tripod

Tripod, monopod, gorillapod, apapun fungsinya adalah membantu anda menghasilkan foto yang tajam saat mengambil eksposur long shutter. Dibandingkan jenis lainnya, tripod masih tetap paling populer, karena relatif lebih handal dan tangguh.

Pastikan anda membeli tripod dengan kemampuan menahan beban yang cukup, kaki-kakinya cukup gampang di perpanjang (dan diperpendek), memiliki mekanisme pemasangan dan pelepasan kamera yang enak serta memiliki kepala dengan gerakan yang fleksibel (saya sarankan jenis ball head).

Flash Eksternal

Flash ekternal akan secara drastis meningkatkan kualitas foto anda jika dibandingkan sewaktu anda menggunakan flash bawaan yang melekat di kamera SLR. Memiliki power yang jauh lebih besar, kemampuan kontrol yang jauh lebih fleksibel, dan kita bisa mengatur arah pencahayaan yang jatuh ke obyek secara lebih mudah. Dengan flash eksternal anda akan bisa menghasilkan pencahayaan yang jauh lebih lembut, rata dan cerah dibandingkan kalau menggunakan flash bawaan. 

Filter

Filter adalah aksesoris yang cukup esensial bagi sistem SLR. Dari beragam jenis filter, ada 3 jenis yang layak anda pertimbangkan untuk dibeli:

Filter Proteksi (Filter UV atau Netral) – fungsi nyatanya adalah melindungi lensa anda, filter ini relatif murah sehingga anda akan ‘ikhlas’ menjadikannya sebagai bemper yang dipasang didepan lensa. Biarkan filter yang bersentuhan dengan udara kotor-tangan-cipratan air, dan bukan lensa yang harganya bisa berlipat-lipat lebih mahal.

Filter Polarisasi – mengubah langit sehingga terlihat lebih ‘dalam’, menghilangkan refleksi di air (atau kaca), agar pepohonan tampak lebih hijau. Gampangnya ini adalah ibarat kacamata hitam bagi lensa anda.

Filter ND (Neutral density) dan Grad-ND – mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke kamera anda. Jika anda ingin menghasilkan foto air terjun yang tampak seperti kapas (shutter panjang) sementara hari masih terlalu siang, maka anda akan memerlukan Filter ND supaya cahaya bisa dikurangi. Sementara filter ND Gradasi (Grad-ND) berfungsi seperti ND dengan tingkat penggelapan yang bersifat gradasi (bagian atas lebih gelap dan semakin ke bawah semakin terang). Grad-ND sangat berguna saat anda akan memotret landscape yang melibatkan langit, karena beda terang yang sangat mencolok antara langit dan tanah.

Shutter Release 

Selain tripod, aksesoris tambahan yang akan meningkatkan ketajaman hasil foto anda adalah shutter release. Dengan shutter release, kita tidak perlu memencet tombol shutter di kamera, cukup gunakan shutter release sehingga anda bisa mengaktifkan shutter dari jauh. Ya, fungsinya mirip remote control TV anda. Shutter release tersedia dalam 2 pilihan: kabel dan wireless.

Verikal Grip (VG) 

Jika anda mulai lebih intensif memotret sementara kamera anda belum memiliki fitur pegangan vertikal dari sononya, belilah vertikal grip tambahan. Selain sangat membantu saat memotret dalam orientasi portrait (vertikal), VG juga berfungsi sebagai batere cadangan, sehingga tidak perlu khawatir kehabisan batere saat asyik menjepret. [http://belajarfotografi.com]
»»  Read More...

Rabu, 25 April 2012

Berkenalan dengan Diafragma (Aperture)

Apa itu diafragma?

Diafragma besar (f/1.8) ©swanky
Diafragma adalah salah satu hal yang bisa membuat foto berdimensi. Berkat diafragma, foto-foto ajaib bisa dihasilkan.
Untuk mempermudah, diafragma adalah ukuran bukaan lensa saat foto diambil.
Bukaan? Ya, diafragma adalah sebuah lubang di dalam lensa. Lubang tempat masuknya cahaya ini dapat kita atur besarnya. Jika lubang semakin besar maka cahaya yang masuk akan semakin banyak, serta sebaliknya.
diafragma kecil (f/22) ©wiranurmansyah
Jangan heran jika melihat angka-angka ini f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22 dan seterusnya. Ini adalah angka-angka yang mewakili besar-kecilnya diafragma.
Yang perlu diingat adalah f/2.8 lebih besar daripada f/16. Bergerak dari f/2.8 ke f/4 akan mengurangi cahaya satu f-stop. Urutan diafragma yang di highlight diatas adalah urutan standar dalam satu f-stop.
Yang sering membingungkan pemula adalah nilai angka yang kecil seperti f/2.8 ternyata adalah bukaan yang besar (dimana cahaya yang masuk lebih banyak). Ingat ini, f/2.8 adalah bukaan besar dan f/22 adalah bukaan kecil. Mungkin terdengar aneh, tapi lama kelamaan kita akan terbiasa.

Diafragma dan Kedalaman Ruang 

(Depth of Field)

f/2.8
Diafragma menentukan dimensi foto kita. Lebih tepatnya adalah pengaturan kedalaman ruang atau Depth of field(DOF). Diafragma akan berpengaruh langsung ke DOF.
Diafragma yang besar (f/2.8) akan membuat DOF semakin tipis, diafragma ini sering digunakan untuk portrait photography. Karena dapat mengisolasi objek denganbackground. Jika anda melihat foto portrait dengan background yang blur, maka dapat dipastikan sang fotografer menggunakan diafragma besar.
f/22
Lain halnya dengan fotografi landscape, fotografer memerlukan DOF yang lebar. Dari objek yang terdekat dengan kamera hingga kejauhan sebisa mungkin fokus. Inilah saatnya kita menggunakan diafragma yang kecil (f/22). Kita juga bisa mengaplikasikan prinsip hyperfocal distance, yang akan dibahas pada postingan selanjutnya.
Untuk lebih memahami tentang diafragma, hal yang paling utama dilakukan adalah melakukan eksperimen sendiri. Gunakan diafragma secara kreatif, mungkin anda ingin mencoba memotret landscape dengan f/1.8 ? Tidak masalah!
Saya berharap sedikit pengenalan tentang diafragma ini bisa bermanfaat. Jangan lupa membaca teman dari diafragma yaitu shutter speed dan iso.
Salam jepret!
»»  Read More...

Jumat, 06 April 2012

Memotretlah secara efisien tapi efektif

Memotretlah secara efisien tapi efektif. Dalam memotret pernikahan, memang lebih baik memotret yang banyak daripada kurang. Namun, dalam pengalaman kami, kalau berlebihan, dalam proses akhir yaitu memilih & editing dijamin kita akan mengalami kebingungan dan akan menambah kerjaan.

EFEKTIF artinya seluruh moment dan prosesi pernikahan terdokumentasi dengan baik tanpa terlewatkan. EFISIEN artinya tidak boros shutter, baterai cukup, serta memory card terpakai secara tepat. Memotretlah secara cerdas!

Betul apa kata bang Arbain Rambey: "bijaksanalah dalam memotret! Berusahalah agar selalu menghasilkan frame yang matang. Matang dalam lighting, matang mengambil komposisi dan angle, serta matang dalam momentum!"

By: Poetrafoto.com
»»  Read More...

Jumat, 09 Maret 2012

Filosofi Lighting dalam Fotografi

Tanya: barusan, ada sahabat yang tanya pada saya begini: “Mas, apakah dalam setip motret itu harus menggunakan pencahayaan, flash, reflektor atau alat lighting lainnya?”
Jawab saya agak filosofis saja: “kenapa harus repot-repot bawa flash, bawa reflektor/reflector atau lainnya jika kita bisa tidak dengan peralatan itu semua? Tuhan memberikan matahari sebagai pencahayaan kita di siang hari, bulan dan bintang di malam hari. Mari kita manfaatkan anugerah Tuhan itu sebaik mungkin ya… :)
Apakah harus dengan lighting agar foto kita dikatakan wah? Apakah harus dengan strobist-an agar foto kita dikatakan mantab? Apakah harus dengan peralatan lighting yang super mahal agar foto kita dikatakan mewah? Sepertinya tidak hanya itu saja bukan?
Apakah tidak mungkin orang yang melihat foto kita akan terkagum-kagum jika melihat foto kita tanpa alat lighting tambahan yang super mantab itu? Sepertinya tidak. Banyak foto yang memenangkan lomba bergengsi, malah tidak menggunakan alat lighting tambahan, cukup dengan body kamera & lensa saja. Pastinya, Juri akan kagum, jika kita bisa memotret dengan indah dengan segala keterbatasan alat lighting yang ada bukan?
Pula, apakah kita harus malu jika kita motret tidak menggunakan alat lighting tambahan? Lalu, apakah kita akan dibilang tidak bisa motret kalau kita tidak pakai lighting macam-macam itu?
Nah, ada perkecualian. yaitu, kecuali, jika pada kondisi tertentu kita  memang dituntut untuk menggunakan peralatan lighting tambahan, jadi, ya harus kita pakai dan kita harus bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Kelak, ada waktunya kita akan merasakan bosan dengan lighting yang aneh-aneh. Kadang, kita juga akan kangen dengan teknik strobist-an. Kelak, juga kita akan kangen motret apa adanya. Itu semua ada proses dan pasti kita akan melaluinya.
Intinya, lakukan semua proses belajar motret kita dengan baik, jangan terpatok harus ikuti pakem ini atau pakem itu. Motret itu layaknya membuat sambal, apakah harus selalu menggunakan tomat atau gula? Mungkin, kalau cabai itu wajib adanya… hehe…”
Semoga bermanfaat & salam hormat selalu,

by: www.poetrafoto.com

»»  Read More...

TIPS DASAR FOTOGRAFI: AGAR FOTO LEBIH TAJAM

AGAR FOTO LEBIH TAJAM, ada beberapa hal atau faktor yang perlu diperhatikan:
(1) kebiasaan tangan. ketika motret apapun, usahakan tangan tidak mudah goyang. berlatihlah untuk ini. seorang teman, sampai harus membiasakan tiap hari angkat barbel kecil supaya tangan lebih kokoh ketika memotret.
(2) gunakan alat bantu. jika tangan kita memang tidak begitu kuat. gunakan alat seperti tripod atau monopod yang kokoh. hal ini penting sekali, apalagi untuk memotret landscape atau memotret foto keluarga di pelaminan.
(3) settingan speed di kamera. setelah yakin bahwa ketika memotret tidak bakal goyang, baik yang hanya menggunakan tangan ataupun tripod atau benda lain yang sekiranya kokoh, pastikan bahwa kecepatan (speed) kamera kita pas. kalau mau motret orang, usahakan kecepatan diatas 1/60. lebih cepat lebih baik.
(4) faktor lensa. foto lebih tajam juga bisa karena faktor lensa yang baik. salah satunya yang memiliki fasilitas IS (image stabilizer) atau VR (vibration reduction). lalu, yang memiliki f angka semakin kecil akan semakin baik kualitas ketajamannya.
(5) settingan sharpen di kamera. carilah di kamera Anda, cobalah otak atik, dimana settingan yang pas untuk tangan dan kebutuhan kita ya.
(6) berlatih terus menerus. jepret terus menerus. motret dijamin tidak akan bisa maksimal jika hanya baca teori. memotret dan jepret adalah proses wajib!

by: poetrafoto.com
»»  Read More...

Sabtu, 21 Januari 2012

20 Tips Komposisi Fotografi

Komposisi dalam bidang seni apapun adalah ibarat selera akan makanan, semua kembali ke preferensi  masing-masing. Namun begitu, ada beberapa panduan tertentu yang tak lekang waktu dan ikut di amini oleh mayoritas pelaku.
Duapuluh tips singkat komposisi untuk fotografi berikut disarikan dari beragam sumber tulisan serta buku fotografi dan semoga pembaca bisa menambah atau menguranginya dengan mengisi komentar di akhir tulisan. Isinya bukan aturan tapi panduan, karena sekali lagi komposisi adalah masalah selera.
  • Tarik perhatian ke arah subyek utama dalam foto. Manfaatkan warna, bentuk, cahaya atau garis supaya foto tampak kuat dan menyedot perhatian2918681424_4ebd1a42dc_m

  • Sederhana, makin sederhana susunan foto anda makin kuat kesan yang ditimbulkan 853806749_b775c85369
  • Kurangi elemen yang tidak seirama. Jika menurut anda ada elemen tertentu yang merusak irama dan keharmonisan foto, singkirkan – tutupi – atau pindahkan sudut pemotretan supaya elemen tersebut hilang istock_000009494535small
  • Penuhi seluruh isi frame dengan obyek utama. Kadang foto yang kuat kesannya adalah foto yang tanpa background sama sekali istock_000010211189xsmall
  • Jangan biarkan ruang kosong mendominasi foto 3909629229_bce2a169b5_m
  • Cek daerah disekitar garis frame, jangan biarkan ada tangan, kaki atau bagian penting obyek terpotong tanpa alasan kuat
  • Maksimalkan penggunaan point of view (titik pandang) yang menarik, jangan melulu memotret dari depan subyek istock_000003706484xsmall
  • Jangan lupa rule of third. Tarik garis imajiner yang membagi foto menjadi 9 bagian sama besar. Tempatkan obyek utama di persimpangan garis-garisnya2958127042_a5f79e9b29_o
  • Saat memotret orang, usahakan selalu agar mata berada diatas garis tengah foto istock_000003558969xsmall
  • Bagian paling terang dalam foto adalah bagian yang paling menyedot perhatian mata. Taruh obyek utama disana Sandcastle on Morro Strand State Beach, with Morro Rock visible in background, after sunset 24 Aug 2009
  • Background lah yang memperkuat kesan. Jadi jangan biarkan background mematikan obyek utama. Baca lebih jauh tentang background disini.2985066755_a23e402f28_m
  • Memotret secara horisontal memperkuat kesan lebar dan secara vertikal memperkuat kesan tinggi
  • Tajamkan mata untuk mengenali pola yang berulang, manfaatkan  22348414_9769281ba9_m
  • Tajamkan mata untuk mengenali pola simetri, manfaatkan 350058516_10387c7459_m
  • Leading line dan kurva-S selalu menyenangkan dilihat istock_000011126150xsmall
  • Untuk memotret anak-anak, jongkoklah. Sejajarkan kamera dengan mata mereka DSC_3897b
  • Hindari menaruh titik perhatian tepat ditengah-tengah foto
  • Hindari meletakkan garis horison tepat di tengah foto, usahakan horison ada di sepertiga atas atau bawah Delineated
  • Jangan biarkan garis horison menabrak bagian obyek yang penting
  • Cek, cek dan cek lagi sesaat sebelum memencet shutter. Pastikan apa yang tampak di viewfinder sesuai keinginan anda Hydrant
Baca juga: Elemen Komposisi Dalam Fotografi: Garis, Bentuk, Pola.

 [belajarfotografi.com]
»»  Read More...

Kamis, 19 Januari 2012

Bulb Photography

Mengambil foto jejak cahaya (bulb) memang nampaknya sulit dilakukan, tapi sebenarnya agak lebih mudah dari yang dibayangkan, dan didasarkan pada banyak eksperimen coba-coba. Foto jejak cahaya yang paling umum biasanya lampu depan dan belakang mobil, tapi anda juga dapat membuat jejak cahaya bintang atau pergerakan cahaya lainnya.


Tips Fotografi Jejak Cahaya

Jejak cahaya pada dasarnya adalah gambar paparan lama yang berlangsung di sekitar sumber cahaya yang bergerak. Anda tidak perlu banyak hal untuk bisa mengambil gambar ini, kecuali kamera yang tepat, dan peralatan tambahan, walaupun tidak semua diperlukan. Berikut ini dasar-dasarnya.

Peralatan

Untuk pengambilan gambar paparan lama yang merupakan dasar tutorial ini, anda perlu kamera yang memiliki pengaturan eksposur, misalnya mengubah kecepatan rana atau shutter speed. Beberapa kamera memungkinkan anda untuk memperlambat kecepatan rana, sementara kamera lainnya seperti DSLR memungkinkan anda untuk tetap membuka shutter untuk waktu yang tak terbatas hingga anda memutuskan untuk menutupnya. Hal ini akan memungkinkan cahaya masuk ke dalam kamera sebanyak mungkin sesuai yang diperlukan.

Anda juga membutuhkan tripod, karena memegang kamera dengan tangan untuk mengambil gambar paparan lama hampir tidak mungkin untuk menghasilkan foto yang baik.

Dua hal lagi yang diperlukan ialah remote shutter release dan hood atau topi lensa yang dapat membantu memblokir cahaya sekitar misalnya ketika anda berada di tengah kota dengan lampu jalan. Remote untuk tombol jepret akan membantu anda menghindari goyangan kamera. Juga gunakan fitur mirror lock-up pada kebanyakan DSLR yang juga akan meminimalkan goyangan kamera. Tips terakhir, jika kamera anda memiliki fitur noise reduction gunakanlah.

Namun gunakan fitur itu ketika anda tahu waktu rana sebenarnya yang akan anda gunakan. Noise reduction mengambil paparan pertama lalu akan menutup shutter, dan mengambil gambar yang sama dengan warna hitam, dan memadukan kedua gambar tersebut untuk mengurangi noise. Alasan anda menunggu hingga benar-benar tahu waktu paparan sampai anda mengaktifkan fitur ini ialah karena jika anda mengambil eksposur atau paparan lama dua menit atau lebih, maka itu berarti bahwa anda harus menunggu empat menit hingga keseluruhan prosesnya selesai.

Mengatur Pengambilan Gambar

Sebagai contoh, katakanlah anda ingin mengambil jejak cahaya lampu mobil. Anda mestinya mencari tempat di mana banyak terdapat kendaraan lalu-lalang dengan cepat, dan tidak banyak cahaya sekitar. Namun, beberapa tambahan cahaya misalnya neon box dapat menambahkan efek yang cukup menawan pada foto anda. Sekarang temukan perspektif atau pemandangan yang akan menangkap lampu mobil yang lewat, kemudian atur tripod dan kamera anda, lalu bersiap-siap.

Pengaturan Kamera

Di sinilah tempat eksperimen coba-coba. Tidak ada pengaturan kamera yang "sempurna". Semuanya tergantung pada cahaya sekitar, dan seberapa cepat lalu lintas bergerak, dll.
  • Yang pertama, atur kamera pada setelan ISO paling rendah. Ini akan mengurangi noise pada gambar.
  • Selanjutnya, atur apertura (naikkan f-stop) dan ambil tes gambar kemudian lihat hasilnya. Ini merupakan bagian coba-cobanya. Umumnya setelan f-stop berada di angka 10 atau lebih jika anda menggunakan mode bulb.
  • Jika hasil gambar terlalu gelap, naikkan apertura atau bukaan lensa. Jika gambar anda terlalu terang, kurangi bukaan lensa. Apertura juga akan mempengaruhi jangkauan fokus. Ingatlah bahwa anda tidak perlu terkungkung pada setelan ISO 100 atau 200, cobalah semua setelan yang cocok dan lihat mana yang paling baik. Anda juga bisa menggunakan mode bulb yang akan membuat shutter tetap terbuka selama yang anda inginkan, lalu tekan kembali tombol shutter untuk menutupnya. Pada kamera DSLR biasanya mode ini ditandai dengan "B".

Waktu Pengambilan Gambar Yang Tepat

Bagian terakhir ialah menemukan timing yang tepat. Anda perlu melihat melalui kamera anda dan mengetahui kapan foto itu dimulai. Hal ini dimaksudkan agar anda mengambil gambar ketika mobil masuk ke dalam frame gambar. Jika tidak, anda akan melihat goresan cahaya yang mulai dari tengah gambar, entah dari mana datangnya. Hal ini kadang-kadang bisa dihindari, dan kadang-kadang juga bisa menjadi sesuatu yang mengagumkan. Tapi sebaiknya menekan tombol shutter sebelum mobil memasuki frame gambar.

Tips Terakhir

Ini merupakan tips terakhir, dan anda siap untuk mengambil gambar. Pertama, selalu mengambil gambar dalam format RAW agar penyesuaian selanjutnya dapat diperbaiki dengan mudah. Berikutnya, anda mungkin perlu menggunakan fokus manual, karena kadang-kadang sulit untuk mendapatkan fokus dalam keadaan gelap. Terakhir, ingatlah perbedaan yang dihasilkan f-stop. Misalnya anda mengambil gambar pada f/5.6 di lampu jalan, dan hasilnya normal. Jika anda mengambil gambar yang sama dengan f/16, anda akan akan memiliki efek bintang pada lampu itu. Hanya perlu diingat jika ada subyek cahaya lain dalam gambar anda.

Semoga tutorial ini bisa membantu anda dan menjawab semua pertanyaan anda mengenai fotografi jejak cahaya.
[beritasi.blogspot.com]
»»  Read More...

Senin, 16 Januari 2012

Teknik Dasar Fotografi: Menentukan White Balance (WB) untuk Memaksimalkan Warna Foto

Penentuan atau pemilihan White Balance (WB) adalah elemen yang sangat penting dalam dunia fotografi digital karena disitu kita akan dapat menentukan warna foto yang akan kita hasilkan.

Pada era fotografi film, white balance ditentukan pada film apa yang kita gunakan. Kita bisa memilih film daylight atau tungsten. Di era itu kita hanya dihadapkan pada 2 (dua) pilihan jenis film tersebut. Nah, untuk kebutuhan lainnya, kita harus menggunakan berbagai jenis filter.

Untuk era digital saat ini, white balance ditentukan sebelum kita memotret atau bisa juga setelah memotret kalau kita menggunakan format gambar RAW. Untuk format JPG akan menghasilkan foto grainy kalau dilakukan perubahan warna. Untuk kerja profesional kita harus menggunakan format RAW.

Pemilihan white balance bukan masalah benar atau salah, tetapi masalah “kita mau jadinya seperti apa?”

[poetrafoto]
»»  Read More...

Memahami Istilah Full Frame & Crop Factor

Sering dengar kata “full frame”, “Crop factor”, “APS-C”, APS-H” dan masih tidak paham maksudnya? Pengertian kosakata ini tidak sekedar untuk tahu saja, tapi sangat berguna untuk memahami focal length. Pemahaman focal length akan berdampak pada lensa-lensa apa yang harus saya pilih.
Awalnya saat Single Lens Reflex (SLR) dibuat yang digunakan sebagai media adalah film. Masih ingat dong dengan kamera film tua dengan film Fuji atau Kodak? Nah itulah film dengan ukuran 35mm (36 x 24mm), inilah yang dikenal dengan film dengan standard 135. Pada era film ini hampir semua kamera menggunakan format film yang sama. Semuanya merupakan kamera full frame, 35mm.
800px 135 fuji film macro 300x200 Memahami Istilah Full Frame 
& Crop Factor
Pada saat dunia digital dimulai membuat sensor harganya sangat mahal. Membuat sensor digital sebesar ukuran film 35mm harganya selangit, waktu itu hanya Canon 1Ds yang menggunakan sensor sebesar itu. Untuk menekan harga jual (sehingga bisa menjual lebih banyak) maka para produsen kamera membuat sensor dengan ukuran lebih kecil. Ukuran lebih kecil ini tentunya akan lebih murah dari segi biaya. Maka munculah berbagai ukuran sensor yang baru.
500px SensorSizes Memahami Istilah Full Frame & Crop Factor
Ukuran yang paling umum digunakan adalah jenis APS-C. Untuk jenis ukuran sensor ini Canon sedikit lebih kecil dibandingkan rekan-rekannya, walau semua masih disebut jenis APS-C. Sedangkan APS-H hanya digunakan oleh Canon pada kamera 1D (tanpa huruf s). Salah satu jenis sensor yang juga cukup populer belakangan ini adalah jenis Four Third yang umum digunakan oleh kamera Olympus. Sedangkan baris paling bawah dari skema diatas umumnya digunakan oleh kamera pocket digital dengan ukuran sensor yang super kecil.
Apa dampak penggunaan sensor yang lebih kecil? Tentunya muncul “Auto-Crop” pada foto yang dihasilkan. Hal ini karena gambar dari lensa hanya ditangkap oleh sebagian kecil bidang yang ada sensornya.
Sensor Sizes Memahami Istilah Full Frame & Crop Factor
Courtesy of : http://philipbloom.net/
Dapat dilihat pada foto diatas. Pada kamera dengan full frame sensor maka hasilnya adalah sepenuh gambar. Dengan sensor APS-H dan APS-C yang lebih kecil maka foto seakan di crop menjadi lebih “kecil”. Saya memberikan tanda kutip pada kata “kecil” karena bisa jadi kamera dengan sensor APS-C memiliki resolusi sensor yang lebih besar, sehingga walau disebut crop tapi hasil cetak maksimal bisa lebih besar dibandingkan full frame tertentu (Misalnya kita membandingkan hasil dari Canon 5d Mark 1 dengan Canon 7d).
Tingkat crop ini dinyatakan dengan crop factor. Crop factor ini menyatakan faktor pengali focal length untuk menghasilkan Equivalent Field of View (EFOV). Contohnya begini : Pada foto diatas kita menggunakan lensa dengan focal length 14mm. Lihat hasil yang diperoleh oleh sensor APS-C, hasil seperti ini diperoleh dengan menggunakan lensa 22.4mm (14mm x crop factor 1.6) pada sensor full frame. Jadi kalau mau menghasilkan foto seperti full frame diatas (14mm) harus menggunakan lensa 8.75mm (14mm / 1.6) pada kamera dengan sensor APS-C.
Contoh lain lagi : lensa 200mm pada full frame akan bertindak seperti lensa 200mm (crop factor full frame 1x). Akan tetapi hasilnya seperti layaknya lensa dengan focal length 320mm pada kamera dengan sensor APS-C (crop factor 1.6x).

Apa dampak ukuran sensor? Dampak yang paling langsung adalah susunan lensa yang berbeda. Pada lensa full frame focal length 24mm sudah termasuk wide, akan tetapi di APS-C focal length ini hanyalah normal (24mm x 1.6 = 38.4mm). Jadi kalau saya punya susunan lensa sebagai berikut pada full frame :
  • Lensa super wide : Canon 17-40 f4 L
  • Lensa all round / normal : Canon 24-105 f4 L IS
  • Lensa tele : Canon 70-200 f4 L IS
canon 5d mark ii top Memahami Istilah Full Frame & Crop 
Factor
Pada kamera dengan sensor APS-C maka susunan focal length nya berubah :
  • Lensa super wide : Canon EF-S 10-22 f3.5-4.5 – setara dengan 16-35mm, paling wide sejauh ini untuk APS-C Canon
  • Lensa all round / normal : Canon EF-S 17-55 f2.8 IS – setara dengan 27-88mm
  • Lensa tele : Canon 70-200 f4 L IS – setara dengan 112-320mm
canon eos 1000d Memahami Istilah Full Frame & Crop Factor
Dapat dilihat bahwa urusan ukuran sensor ini sangat berpengaruh pada lensa wide & normal, bukan tele. Lensa tele justru makin tele dengan menggunakan sensor kecil. Tapi lensa wide menjadi tidak lagi wide dengan menggunakan sensor kecil. Hal inilah salah satu faktor mengapa fotografer landscape profesional lebih menyukai sensor full frame dibandingkan dengan sensor APS-C.
Lensa wide terbaik umumnya merupakan lensa prime / fixed focal length. Saat ini lensa wide terbaik merk Canon adalah EF 14mm & 24mm. Pada full frame kedua lensa ini memberikan sudut pandang yang lebar dan sangat berguna. Akan tetapi di sensor kecil seperti APS-C lensa ini hanya menghasilkan focal length setara 22.4mm & 38.4mm – masih kurang wide.
Canon mengeluarkan 2 lini lensa, EF & EF-S (L Series termasuk jenis EF). Lensa jenis EF bisa digunakan baik di sensor full frame maupun non-full frame. Akan tetapi jenis EF-S hanya bisa digunakan di kamera dengan crop factor 1.6x (ya, bahkan APS-H tidak bisa menggunakan EF-S). Jadi misalnya lensa EF-S 10-22 f3.5-4.5 tidak akan bisa digunakan di Canon 5dMarkII. Resiko penggunaannya adalah mirror pada kamera bisa mengenai bagian belakang dari lensa EF-S yang cenderung lebih menonjol ke dalam.
Pada Nikon dikenal 2 jenis lensa pula (secara umum, karena ada pengelompokan lain-lain), yaitu DX dan non DX. Lensa DX hanya bisa digunakan di kamera dengan crop factor. Jadi misalnya lensa legendaris Nikkor 17-55 f2.8 DX tidak akan bisa digunakan sempurna di D700 misalnya. Perbedaannya adalah di Nikon lensa DX sebenarnya masih bisa digunakan di full frame, akan tetapi crop nya akan cukup “gila” – dari 12.1 Mpixel dengan menggunakan lensa non DX, menjadi  hanya 5.1 MPixel jika menggunakan lensa DX.
canon 14mm comparison Memahami Istilah Full Frame & Crop 
Factor
Canon 16-35mm, 14mm & Sigma 12-24mm
Secara umum kelebihan sensor full frame :
  • Karena ukuran sensor yang lebih besar maka mampu menggunakan lensa wide sesuai dengan focal length yang tertera, tidak di kalikan dengan crop factor lagi
  • Ukuran sensor yang lebih besar membuat performance sensor di ISO tinggi lebih baik, lebih bersih dari noise dan cenderung sedikit lebih tajam dengan gradasi warna yang lebih baik
  • Depth-of-field yang lebih sempit, hasilnya adalah blur yang lebih bagus. Ingat bahwa sensor kecil hanya mengambil sebagian dari depth-of-field dari lensa, menggunakan sensor full frame akan menampilkan seluruh ruang tajam yang ditangkap lensa.
Sedangkan secara umum kekurangan sensor full frame adalah :
  • Harga sensor yang mahal membuat kamera full frame umumnya mencapai 2x lipat lebih mahal dari sensor kecil
  • Ukuran sensor yang besar umumnya membuat munculnya light fall-off & vignette di ujung-ujung gambar. Hal ini karena kualitas pencahayaan & ketajaman terbaik dari lensa umumnya ada di tengah. Sensor kecil membuat kita menggunakan bagian “terbaik” dari suatu lensa.
Pahami ukuran sensor anda & crop factornya. Lalu susun jajaran lensa anda sesuai dengan kebutuhan dan juga crop factor nya.

[www.motoyuk.com]
»»  Read More...